Kamis, 05 April 2012

Takdir

Ini bukan salahku dan tentu juga bukan salahmu.
 Perih. Rasa yang memang tidak akan diinginkan oleh siapapun di dunia ini. Hanya bisa kita jalani yang mungkin dengan berat hati. Menusuk hati, menusuk jiwa, menusuk raga bahkan menyiksa diri sendiri tanpa diinginkan sebelumnya.
 Aku memang susah melupakanmu-seseorang yang selalu hinggap dalam pikiranku tanpa diminta. Bagaimana bisa setiap detik kau selalu muncul dalam pengingat otakku? Dengan cara apa? Dengan penampilanmu yang menawan sehingga aku mengingat gaya penampilanmu setiap hari? Atau kebaikanmu yang memang dikenal sebagai cowok baik?. Ah entahlah, dari dulu sampai sekarang, tidak ada alasan yang cocok untuk menjawab pertanyaan itu. Dan lagi-lagi ... karenamu aku bingung dengan pertanyaan itu.
 Aku memang selalu memikirkanmu. Tapi, apa kau juga begitu? Seratus persen dan kemungkinan besar kau telah melupakanku ketika saat-saat perpisahan, masih ku ingat tiga kata terakhir saat kau ucap untuk terakhir kalinya, "Kita harus berpisah". Tanpa ada satu katapun kau ucap permintaan maaf padaku. Saat itu aku benar-benar sedih. Setiap detik saat itu, tetesan air mata selalu membasahi pelupuk pipiku, entah sudah berapa tisu yang telah ku habiskan. 
 Sekitar empat bulan lamanya kita tak pernah berhubungan dekat seperti dulu lagi. Kini, aku mengerti bahwa kita tak lagi bersama. Aku dengan jalanku sendiri dan kau dengan jalanmu sendiri yang mungkin bersama dengannya. Mungkin, Tuhan mempunyai rahasia besar pada hubungan kita. Jadi, ku harap kau jaga baik-baik dirinya, sayangilah dia seperti kau menyayangiku dulu. Aku percaya, kau dapat menjaganya sepertiku dulu.
 Memang ini sangat perih untuk ku jalani sendiri. Tapi, aku hanya ingin kau bahagia walau sekalipun bukan bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 05 April 2012

Takdir

Ini bukan salahku dan tentu juga bukan salahmu.
 Perih. Rasa yang memang tidak akan diinginkan oleh siapapun di dunia ini. Hanya bisa kita jalani yang mungkin dengan berat hati. Menusuk hati, menusuk jiwa, menusuk raga bahkan menyiksa diri sendiri tanpa diinginkan sebelumnya.
 Aku memang susah melupakanmu-seseorang yang selalu hinggap dalam pikiranku tanpa diminta. Bagaimana bisa setiap detik kau selalu muncul dalam pengingat otakku? Dengan cara apa? Dengan penampilanmu yang menawan sehingga aku mengingat gaya penampilanmu setiap hari? Atau kebaikanmu yang memang dikenal sebagai cowok baik?. Ah entahlah, dari dulu sampai sekarang, tidak ada alasan yang cocok untuk menjawab pertanyaan itu. Dan lagi-lagi ... karenamu aku bingung dengan pertanyaan itu.
 Aku memang selalu memikirkanmu. Tapi, apa kau juga begitu? Seratus persen dan kemungkinan besar kau telah melupakanku ketika saat-saat perpisahan, masih ku ingat tiga kata terakhir saat kau ucap untuk terakhir kalinya, "Kita harus berpisah". Tanpa ada satu katapun kau ucap permintaan maaf padaku. Saat itu aku benar-benar sedih. Setiap detik saat itu, tetesan air mata selalu membasahi pelupuk pipiku, entah sudah berapa tisu yang telah ku habiskan. 
 Sekitar empat bulan lamanya kita tak pernah berhubungan dekat seperti dulu lagi. Kini, aku mengerti bahwa kita tak lagi bersama. Aku dengan jalanku sendiri dan kau dengan jalanmu sendiri yang mungkin bersama dengannya. Mungkin, Tuhan mempunyai rahasia besar pada hubungan kita. Jadi, ku harap kau jaga baik-baik dirinya, sayangilah dia seperti kau menyayangiku dulu. Aku percaya, kau dapat menjaganya sepertiku dulu.
 Memang ini sangat perih untuk ku jalani sendiri. Tapi, aku hanya ingin kau bahagia walau sekalipun bukan bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar